Yudisium Bernuansa Wisuda, Kampus Literasi Siap Lahirkan Sarjana yang Sujana
Ponorogo- STKIP PGRI Ponorogo melahirkan sarjana baru yang ditandai dengan dilaksanakan yudisium strata 1, Sabtu (10/20). Prosesi yudisium berlangsung sangat berbeda karena masih dalam situasi pandemi covid-19. Tidak mengherankan seluruh peserta dan tamu undangan diwajibkan mematuhi protokol kesehatan yang ketat.
Graha saraswati menjadi saksi pengukuhan sarjana STKIP PGRI Ponorogo. Tepat pukul 13.00 yudisium dilaksanakan dengan dihadiri ketua yayasan PPLPPT PGRI Ponorogo yang juga menjabat Assisten 1 bupati Ponorogo Dr. Sumani, M.Pd. Juga Dr. Sutejo, M.Hum selaku ketua STKIP PGRI Ponorogo dan seluruh jajaran pimpinan serta ketua program studi.
Dr. Sumani, M.Pd dalam sambutannya merasa bangga dengan perjuangan mahasiswa yang mampu mengejar cita-cita menjadi wisudawan atau sarjana. Di sisi lain, pihaknya berpesan untuk tidak terlalu berbangga akan gelar yang dapatnya.

“Banggalah ketika menjadi sarjana yang melalui proses karena tidak semua mampu dan kuat untuk mencapai itu semua,”pungkasnya.
Peraih alumni inspiratif STKIP PGRI Ponorogo juga berpesan untuk memperjuangkan impian hingga menjadi nyata. Melalui impian nantinya mampu membungkam kritikan dan cibiran dari orang-orang sekitar. “Kalau ketegaran dan ketekunan kita perjuangkan. Suatu saat mereka akan merengek-rengek dan iri kepada kita,” ujar ketua yayasan PPLPPT PGRI Ponorogo itu.
Lain pihak, Dr. Sutejo, M.Hum menyampaikan sambutan dengan nada haru. Mengingat yudisium kali ini bukan seperti tahun lalu. Tidak hanya di tengah pandemi covid-19 melainkan beraroma wisuda. Artinya wisuda tiadaakan, tawa dan tangis bahagia orang tua dan orang tersayang di kampus tercinta tidak lagi terjadi.
“Melalui serangkaian pertimbangan antar pimpinan ditetapkan yudisium beraroma wisuda,” ujarnya sembari menahan air mata.
Ketua STKIP PGRI Ponorogo itu juga berkali-kali menyampaikan permohonan maaf kepada mahasiswa karena wisuda nantinya ditiadakan dan disatukan dengan yudisium. Meskipun demikian tidak mengurangi akan makna hakiki dari pengukuhan sarjana di Kampus Literasi.
“Jadilah sarjana yang rendah hati, cerdas hati, dan cerdas keilmuan. Karena dengan kecerdasan itu yang akan menyelamatkan Anda,” pungkas pengagas Sekolah Literasi Gratis itu.

Sutejo juga berharap wisudawan menerapkan pesan Ki Hadjar Dewantara untuk menjadi sarjana yang sujana (berbudi dan pandai). Cerdas keilmuan dan terus memoles keterampilan maka sarjana yang sujana mampu direngkuh, terangnya.
Lelaki hobi membaca dan menulis itu mewanti-wanti untuk merawat rasa bangga terhadap kampus tercinta. Meskipun kampus kecil telah banyak melahirkan lulusan yang jempolan. Sebut saja alumni STKIP PGRI POnorogo Eko Hendri Saiful yang baru-baru ini dipercaya menjadi presidium serikat pekerja Jawa Pos, ketua yayasan yang saat itu hadir juga menjabat assisten 1 bupati Ponorogo, Andri yang menjadi inspirator pengusaha muda, dan Indri Masrusoh guru berprestasi tingkat nasional.
Yuda Krestianto selaku wakil wisudawan mengaku tugas berat telah menanti. Tugas yang harus diemban dan diaplikasikan di masyarakat. “Datangnya wisuda ini berarti datang pula tugas berat yang menanti kami di masyarakat. Untuk membantu menyelesaikan masalah dan mengaplikasikan seluruh ilmu akademik yang kami dapatkan,” turut Yuda.
Yudisium sarjana strata 1 tahun ini diikuti tiga program studi, yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, dan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Menariknya, untuk tahun 2020 menjadi tahun pertama bagi program studi PG-PAUD mewisuda mahasiswa. Pendidikan Bahasa Jawa sebagai program studi baru di STKIP PGRI Ponorogo akan mewisuda perdana di tahun 2021. Red/Humas